LAPORAN
SISTEM RESPIRASI PADA REPTIL
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Biologi
SMA NEGERI 7 GARUT
Jalan. Hanjuang No. 20 Bungbulang
Garut 44165
2012-2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reptilia adalah salah satu hewan kelas vertebrata
dalam kelompok hewan yang melata. Terdiri dari 4 Ordo yaitu, Lacertillia
(Kadal), Ophidia (Ular), Chrocodilia (Buaya), Chelonia (penyu).
Sistem respirasi reptil dimulai dari masuknya udara
melalui nares eksterna terus menembus plat yang keras menuju ke nares interna
(di belakang lubang) ini pada reptilia yang hidup di air terdapat vellum dan
kemudian melalui glottis sebagai celah lingua menuju ke laring. Laring tersusun
atas tulang rawan tiga buah dan berisi beberapa pasang pita suara ( bagi yang
bersuara ). Selanjutnya berhubungan dengan trakea yang tersebut atas gelang –
gelang rawan. Trakea bercabang menjadi 2 bronchi, yang selanjutnya masing –
masing menuju ke paru – paru. Paru – paru terbagi atas bagian – bagian interior
yang lebih kompleks dari pada amphibia yang mengandung capilair pulmonalis.
B.
Tujuan
Pengamatan
1. Mengetahui
sistem pernapasan reptile
2. Mengetahui
fungsi organ-organ dalam pada reptile
C.
Manfaat
Pengamatan
1. Siswa
dapat mengetahui bagian-bagian sistem pernapasan reptile
2. Siswa
dapat mengetahui fungsi organ-organ dalam pada reptile.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. Landasan Teori
Klasifikasi
Kadal
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Reptilia (Binatang
Melata)
Ordo : Squamata (Bersquama dari
bahan tanduk)
Subordo : Lacertilia
Famili : Scincidae
Genus : Mabouya
Spesies : Mabouya multifasciata
1.
Pengertian
Respirasi
Pertukaran gas O2 dan CO2 dalam tubuh makhluk hidup
disebut pernapasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan melalui
difusi. Pada dasarnya metabolisme yang normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan
oksigen dan karbondioksida. Pada hewan vertebrata terlalu besar untuk dapat
terjadinya interaksi secara langsung antara masing-masing sel tubuh dengan
lingkungan luar tubuhnya. Untuk itu organ-organ tertentu yang bergabung dalam
sistem pernapasan dikhususkan untuk melakukan pertukaran gas-gas pernapasan
bagi keperluan seluruh tubuhnya.
Ada dua tahap pernapasan, tahap pertama oksigen
masuk ke dalam dan pengeluaran karbondioksida ke luar tubuh melalui organ-organ
pernapasan disebut respirasi eksternal, dan pengangkutan gas-gas pernapasan
dari organ-organ pernapasan ke jaringam tubuh atau sebaliknya dilakukan oleh
sistem sirkulasi. Tahap kedua adalah pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah)
dengan CO2 dari sel-sel dalam jaringan, disebut respirasi internal.
Difusi gas-gas pernapasan antara lingkungan dengan
pembuluh darah yang terdapat di bawah pembuluh respiratoris dapat terjadi jika
permukaan tempat terjadinya pertukaran gas harus cukup luas dan tipis, selalu
basah dan permeabel terbadap gas-gas pernapasan, dan terdapat perbedaan
konsentrasi gas-gas pernapasan antara medium dan di luar darah.
2.
Fungsi
Respirasi
Jika melihat dari sistemnya fungsi respirasi adalah
menyediakan oksigen untuk darah dan membuang karbondioksida. Sistem respirasi
terdiri atas paru-paru dan sistem saluran yang menghubungkan jaringan paru-paru
dengan lingkungan luar. Sistem respirasi di bagi menjadi dua, yaitu bagian
kondusi yang terdiri atas rongga hidung, nesofaring, laring, trakea, bronki,
dan bronkeolus. Dan bagian respirasinya terdiri atas alveoli dan struktur yang
berhubungan.
Pertukaran gas antara udara dan darah hanya terjadi
dalam alveoli (berbentuk seperti kantung khusus yang membentuk sebagian besar
paru-paru). Adapun fungsi dari bagian kondusi adalah menyediakan saluran di
mana udara dapat mengalir ke dan dari paru-paru, memelihara udara yang
diinspirasi. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, masing-masing sub divisi
bagian kondusi memperlihatkan beberapa gambaran struktural yang sama satu sama
lain. Agar suplai udara yang tidak terputus, terdapat gabungan-gabungan rawan,
serabut-serabut elastin, dan otot polos yang memperlihatkan struktur penyokong
yang keras dan kaku bagi organ-organ kondusi serta memerlukan fleksibilitas dan
ekstenbilitas. Pada rawan terutama hialin dan adanya sedikit elastin yang
ditemukan pada pinggir lamina propria (menunjukkan berbagai bentuk mulai dari
lempeng-lempeng yang tidak teratur sampai yang berbentuk cincin lengkap). Rawan
ini umumnya berperan sebagai penyokong dinding bagian kondusi, mencegah kolaps
lumen sehingga udara dapat masuk ke paru-paru secara terus-menerus.
Serabut-serabut elastin yang banyak dapat memberikan
fleksibilitas struktur dan memungkinkan organ kembali ke bentuk semula setelah
meregang. Serabut-serabut itu ditemukan dalam lamina propria, terutama yang
terletak longitudinal. Konsentrasi serabut-serabut elastin berbanding terbalik
denagn garis tengah bagian kondusi (bronkiolus yang terkecil mendapt proporsi
serabut yang terbanyak). Berkas-berkas otot polos terdapat di trakhea hingga
duktus alveolaris (bagian respirasi). Kontraksi otot polos mengurangi garis
tengah bagian kondusi dan mampu mengatur aliran udara selama inspirasi dan
ekspirasi. Pemeliharaan udara merupakan fungsi utama pada bagian kondusi.
Sebelum udara masuk paru-paru, udara yang diinspirasi dibersihkan, dibasahi,
dan dihangatkan. Untuk melakukan fungsi ini mukosa bagian kondusi dibatasi oleh
epitel respirasi khusus dan kelenjar serosa dan mukosa yang banyak, serta kaya
akan jarinagn vaskuler dalm lamina proprianya. Sebagian besar bagian kondusi
dibatasi oleh epitel bertingkat toraks bersilia yang mengandung banyak sel
goblet. Pada cabang-cabang bronkus, sel-sel epitel ini mengalami perubahan
menjadi epitel pipih selapis. Ketika bronkus membelah menjadi bronkiolus epitel
berubah menjadi selapis kubus. Jumlah sel goblet mulai berkurang pada bronkus
yang lebih kecil dan sam sekali tidak ada pada epitel bronkiolus terminalis.
Sel-sel bersilia yang menyertai sel-sel goblet tetap ada pada bronkiolus halus
namun sudah tidak mengandung sel-sel goblet lagi. Sel-sel bersilia tersebut
berperanan mencegah mukus yang tertimbun dalam bagian respirasi. Mukus yang
menangkap partikel dan mengabsorbsi gas yang larut dalm air didorong terus
menerus oleh silia ke arah faring. Pergerakan lapisan mukosa ditimbulkan dan
diatur oleh aliran sekresi serosa. Selain untuk membersihkan kotoran, lapisn
mukosa juga berperan untuk membasahi udara inspirasi.
3.
Organ
– Organ Respirasi
a.
Rongga
Hidung
Udara masuk dan
keluar melalui rongga hidung. Dengan udara luar dihubungkan oleh lubang hidung
luar (nares eksternal), dengan faring dihubungkan oleh lubang hidung dalam
(nares internal/khoane). Rongga hidung dipisahkan oleh suatu sekat yang disebut
septum basal, menjadi bagian kiri dan kanan sedangkan dari rongga mulut
dibatasi oleh maksila dan tulang langit-langit mulut. Rongga hidung dilapisi
dengan epitel silindris bersilia yang mengandung banyak sel goblet penghasil
lendir. Rongga hidung dilengkapi dengan rambut hidung yang berfungsi sebagai
penghalau benda-benda asing atau debu yang ikut masuk saat menghirup udara.
Saat udara masuk ke hidung, bulu-bulu hidung berperan menyaring
partikel-partikel debu yang kasar dan zat-zat lain. Mukus ini, dalam
hubungannya dengan sekresi serosa, juga berperan untuk membasahi udara yang
masuk dan melindungi pembatas alveolar halus dari pengeringan. Selain itu udara
juga dihangatkan oleh jaringan vaskuler superfisial.
b.
Laring
Laring merupakan
tabung ireguler yang menghubungkan faring dengan trakea. Dalam lamina propia
terdapat sejumlah rawan laring, struktur yang paling rumit pada jalan
pernapasan. Rawan-rawan yang lebih besar (tiroid, krikoid, dan sebagian besar
aritenoid) adalah rawan hialin, dan pada orang tua sebagian dapat mengalami
kalsifikasi. Rawan yang lebih kecil (epiglotis, cuneiformis, kornikulatum, dan
ujung aritenoid) adalah rawan elastin. Ligamentum-ligamentum menghubungkan
rawan-rawan tersebut satu sama lain, dan sebagian besar bersambung dengan
otot-otot intrinsik laring, dimana mereka sendiri tidak bersambungan karena
mereka adalah otot lurik. Selain berperan sebagai penyokong (mempertahankan
agar jalan udara tetap terbuka) rawan-rawan ini berperanan sebagai katup untuk
mencegah makanan atau cairan yang ditelan masuk trakea. Mereka juga berperanan
dalam pembentukan irama fonasi.
Epiglotis, yang
menonjol dari pinggir laring, meluas ke faring dan karena itu mempunyai
permukaan yang menghadap ke lidah dan laring. Seluruh permukaan yang menghadap
ke lidah dan bagian permukaan apikal yang menghadap ke laring diliputi oleh
epitel berlapis gepeng. Ke arah basis epiglotis pada permukaan yang menghadap
laring, epitel mengalami perubahan menjadi epitel bertingkat toraks bersilia.
Kelenjar campur mukosa dan serosa terutama terdapat di bawah epitel toraks,
bebas menyebar ke dalam, yang menimbulkan bercak pada rawan elastin yang
berdekatan. Di bawah epiglottis, mukosa membentuk dua pasang lipatan yang
meluas ke dalam lumen laring. Pasangan yang di atas merupakan pita suara palsu
(atau lipatan vestibular), dan mereka mempunyai epitel respirasi yang di
bawahnya terletak sejumlah kelenjar seromukosa dalam lamina proprianya.
Pasangan yang bawah merupakan lipatan yang merupakan pita suara asli. Di dalam
pita suara, yang diliputi oleh epitel berlapis gepeng, terdapat berkas-berkas
besar sejajar dari selaput elastin yang merupakan ligamentum vocale. Sejajar
dengan ligamentum terdpat berkas-berkas otot lurik, yang mengatur regangan pita
dan ligamentum dan akibatnya, waktu udara didorong melalui pita-pita
menimbulkan suatu suara dengan tonus yang tidak sama.
c.
Trakea
Trakea merupakan
tabung berdinding tipis yang terletak dari basis laring (rawan krikoid) ke
tempat di mana trakea bercabang menjadi 2 bronkus primer. Trakea dibatasi oleh
mukosa respirasi. Di dalam lamina propria terdapat 16-20 rawan hialin berbentuk
seperti huruf C yang berperanan mempertahankan lumen trakea agar tetap terbuka.
Ligamentum fibroelastindan berkas-berkas otot polos melekat pada perikondrium
dan menghubungkan ujung-ujung bebas rawan yang berbentuk huruf C tersebut.
Ligamentum mencegah peregangan lumen yang berlebihan, sementara itu otot
memungkinkan rawan saling berdekatan. Kontraksi otot disertai dengan
penyempitan lumen trakea dan digunakan untuk respon batuk. Setelah kontraksi,
akibat penyempitan lumen trakea akan menambah kecepatan udara ekspirasi, yang
membantu membersihkan jalan udara.
d.
Bronki
Trakea membelah
menjadi 2 bronkus utama yang masuk ke dalam paru-paru pada tiap hilus. Selain
itu, pada tiap-tiap hilus arteòh dan vena seòõ` pembuluh limfe masuk dan
meninggalkan paru-paru. Struktur ini dikelilingi oleh jaringan penyambung padat
dan membentuk akar paru-paru. Setelah masuk ke dalam paru-paru, bronkus primer
menuju ke arah bawah dan luar untuk membentuk 3 bronkus pada paru-paru kanan 2
bronkus pada paru-paru kiri. Bronkus lobaris bercabang-cabang membentuk bronkus
yang lebih kecil yang di sebut Bronkiolus. Masing-masing bronkiolus masuk ke
lobus paru-paru yang membentuk 5-7 bronkiolus terminalis.
Lobulus
paru-paru berbentuk piramid dengan apeks yang mengarah ke arah permukaan
paru-paru. Tiap lobulus dibatasi oleh septum jaringan penyambung tipis yang
terlihat pada fetus. Bronkiolus tidak mempunyai kelenjar pada mukosanya tetapi
hanya ditunjukkan oleh adanya sel-sel goblet yang tersebar dalam epitel
permulaan(bagian luar). Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya bersilia
dan kekomplekannya berkurang sehingga menjadi epitel kubis bersilia pada
bronkiolus terminalis. Selain sel-sel bersilia, bronkiolus terminal juga
mempunyai sel-sel clara yang permukaan apikalnya berbentuk seperti kubah yang
menonjol ke arah lumen. Sel-sel clara pada manusia merupakan sel-sel sekretori.
Bronkiolus respiratorius dibatasi oleh epitel kubis bersilia, tetapi pada tepi lubang
alveolaris, epitel bronkiolus menuju epitel pembatas alveolus. Epitel
bronkiolus terdiri atas epitel kubis bersilia tetapi pada bagian yang lebih
distal, silia mungkin tidak ada. Bronkiolus respiratorius digunakan
untukmenggambarkan fungsi pada segmen jalannya pernapasan.
Duktus
alveolaris dan alveoli dibatasi oleh sel-sel epitel selapis gepeng yang sangat
tipis. Dalam lamina propria, di sekitar tepi alveoli merupakan jala sel otot
polos yang saling berhubungan. Duktus alveolaris bermuara ke dalam atria, ruang
yang menghubungkan antara multilokularis alveoli dengan dua atau lebih
alveolaris pada setiap atrium. Serabut-aerabut elastin memungkinkan alveoli
mengembang pada waktu inspirasi dan secara pasif berkontraksi pada saat
ekspirasi. Kolagen berperan sebagai penyokong yang mencegah peregangan yang
berlebihan dan sebagai pencegah kerusakan-kerusakan kapiler halus dan septa
alveoli yang tipis.
e.
Paru
– paru
Paru – paru
terdiri dari alveolus sebagai tempat pertukaran gas dan pleura yang merupakan
selaput pada paru – paru.
1)
Alveoli
Alveoli ( jamak:alveolus ) merupakan evaginasi kecil
seperti kantung dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris , dan sakus
alveolaris. Alveoli merupakan bagian terminal cabang-cabang bronkus dan
bertanggungjawab akan struktur paru-paru yang menyerupai busa. Secara
struktural alveoli menyerupai kantung kecil yang terbuka pada salah satu
sisinya, mirip sarang tawon. Dalam struktur yang menyerupai mangkok ini,
oksigen dan CO2 mengadakan pertukaran antara udara dan darah. Dinding alveoli
dikhususkan untuk menyelenggarakan difusi antara lingkungan eksternal dan
internal. Umumnya, tiap-tiap dinding dari 2 alveoli yang berdekatan bersatu dan
dinamakan septum atau dinding interalveolaris. Septum Alveolaris terdiri atas
dua lapisan epitel pipih tipis yang diantaranya terdapat kapiler-kapiler,
jaringan penyambung merupakan intertisial. Di dalam interstisial septa
alveolaris paling kaya akan jaringan kapiler dalam tubuh.
Oksigen udara Alveoli masuk ke dalam kapiler darah
melalui membran yang membatasi udara dan alveoli, CO2 berdifusi dengan arah
yang berlawanan. Pelepasan CO2 dari H2CO3 dikatalisis oleh enzim anhidrase
karbonat yang terdapat dalam sel-sel darah merah. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
bila eritrosit mengandung enzim tersebut lebih banyak dibandingkan sel-sel lain
di tubuh. Paru-paru kira-kira mengandung 300 juta alveoli, jadi sangat menambah
permukaan pertukaran internal, yang telah dihitung kira-kira 70-80 m2.
2)
Pleura
Pleura
adalah membran serosa yang meliputi paru-paru. Ia terdiri atas dua lapisan,
yaitu parietal dan viseral, yang bersambungan pada daerah hilus. Kedua membran
diliputi oleh sel-sel mesotel yang terletak pada lapisan jaringan penyambung
halus yang mengandung serabut kolagen dan elastin. Serabut-serabut elastin
pleura viseralis bersambungan dengan serabut-serabut yang terdapat pada
parenkim paru-paru. Oleh karena itu, kedua lapisan tersebut membatasai rongga
yang semata-mata dibatasai oleh sel gepeng mesotel. Dalam keadaan normal,
rongga pleura ini hanya mengandung selaput cairan yang bekerja sebagai agen
pelumas, memungkinkan pergeseran halus permukaan satu dengan yang lainnya
selama pergerakan respirasai. Pada keadaan patologis tertentu, rongga pleura
dapat berubah menjadi rongga sebenarnya, mengandung cairan atau udara pada
bagian dalamnya. Dinding rongga pleura, seperti semua rongga serosa (periotenum
dan perikardium), sangat permeabel terhadap air dan zat lain. Jadi, penimbunan
cairan pada rongga ini sering terjadi pada keadaan-keadaan patologis. Cairan
ini berasal dari plasma darah dengan cara eksudasi. Sebaliknya, pada keadaan
tertentu, cairan atau gas yang terdapat dalam rongga pleura dengan cepat dapat
direabsorbsi.
BAB
III
PROSEDUR
DAN HASIL PENGAMATAN
A. Prosedur
1.
Alat
dan Bahan
a. Kadal
b. Pisau
c. Papan/
Nampan
d. Jarum
e. Benang
f. Kapas
g. Paku
4 buah
h. Batu
i.
Alkohol 70%
2.
Cara
Kerja
a. Kadal
diletakkan pada nampan/ papan. Lalu kadal dibius dengan alcohol 70%.
b. Kadal
direntangkan, lalu kedua kaki dan tangannya dipaku.
c. Sesek
kulit kadal di bagian lehernya.
d. Tubuh
kadal dibuka dengan menggunakan pisau tajam, dari bagian atas dekat kepala
sampai kloaka atau bagian ujung pada kadal.
e. Bagian-bagian
dalam organ kadal diamati.
f.
Setelah bagian dalam organ kadal
diamati, tubuh kadal dijahit dengan menggunakan jarum dan benang. Setelah itu
kadal dikembalikan ke habitatnya.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kelompok kami melakukan pengamatan pada
reptil ( kadal ) ternyata hasil
pengamatan tentang sistem pernapasannya, menghasilkan rongga hidung, tulang
rusuk dan paru-paru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan kami
kurang sesuai dengan teori yang mengenai
sistem pernapasan reptil.
B.
Saran
1. Teman-teman
yang ingin mengetahui lebih dalam tentang sistem pernapasan reptil harus
menggunakan alat-alat yang terbaik agar bisa lebih memahami bagian-bagian
sistem percernaan tersebut.
2. Teman-teman
disarankan untuk labih teliti lagi dalam mengamati sistam pernapasan pada
reptil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar