Senin, 14 Oktober 2013

Laporan Sistem Respirasi Reptil


LAPORAN
SISTEM RESPIRASI PADA REPTIL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Biologi


















SMA NEGERI 7 GARUT
Jalan. Hanjuang No. 20 Bungbulang Garut 44165
2012-2013





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Reptilia adalah salah satu hewan kelas vertebrata dalam kelompok hewan yang melata. Terdiri dari 4 Ordo yaitu, Lacertillia (Kadal), Ophidia (Ular), Chrocodilia (Buaya), Chelonia (penyu).
Sistem respirasi reptil dimulai dari masuknya udara melalui nares eksterna terus menembus plat yang keras menuju ke nares interna (di belakang lubang) ini pada reptilia yang hidup di air terdapat vellum dan kemudian melalui glottis sebagai celah lingua menuju ke laring. Laring tersusun atas tulang rawan tiga buah dan berisi beberapa pasang pita suara ( bagi yang bersuara ). Selanjutnya berhubungan dengan trakea yang tersebut atas gelang – gelang rawan. Trakea bercabang menjadi 2 bronchi, yang selanjutnya masing – masing menuju ke paru – paru. Paru – paru terbagi atas bagian – bagian interior yang lebih kompleks dari pada amphibia yang mengandung capilair pulmonalis.
B.     Tujuan Pengamatan
1.      Mengetahui sistem pernapasan reptile
2.      Mengetahui fungsi organ-organ dalam pada reptile
C.    Manfaat Pengamatan
1.      Siswa dapat mengetahui bagian-bagian sistem pernapasan reptile
2.      Siswa dapat mengetahui fungsi organ-organ dalam pada reptile.

BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Landasan Teori
Klasifikasi Kadal
Phylum                  : Chordata
Subphylum            : Vertebrata
Class                      : Reptilia (Binatang Melata)
Ordo                      : Squamata (Bersquama dari bahan tanduk)
Subordo                : Lacertilia
Famili                    : Scincidae
Genus                    : Mabouya
Spesies                  : Mabouya multifasciata

1.      Pengertian Respirasi
Pertukaran gas O2 dan CO2 dalam tubuh makhluk hidup disebut pernapasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan melalui difusi. Pada dasarnya metabolisme yang normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan karbondioksida. Pada hewan vertebrata terlalu besar untuk dapat terjadinya interaksi secara langsung antara masing-masing sel tubuh dengan lingkungan luar tubuhnya. Untuk itu organ-organ tertentu yang bergabung dalam sistem pernapasan dikhususkan untuk melakukan pertukaran gas-gas pernapasan bagi keperluan seluruh tubuhnya.
Ada dua tahap pernapasan, tahap pertama oksigen masuk ke dalam dan pengeluaran karbondioksida ke luar tubuh melalui organ-organ pernapasan disebut respirasi eksternal, dan pengangkutan gas-gas pernapasan dari organ-organ pernapasan ke jaringam tubuh atau sebaliknya dilakukan oleh sistem sirkulasi. Tahap kedua adalah pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan CO2 dari sel-sel dalam jaringan, disebut respirasi internal.
Difusi gas-gas pernapasan antara lingkungan dengan pembuluh darah yang terdapat di bawah pembuluh respiratoris dapat terjadi jika permukaan tempat terjadinya pertukaran gas harus cukup luas dan tipis, selalu basah dan permeabel terbadap gas-gas pernapasan, dan terdapat perbedaan konsentrasi gas-gas pernapasan antara medium dan di luar darah.
2.      Fungsi Respirasi
Jika melihat dari sistemnya fungsi respirasi adalah menyediakan oksigen untuk darah dan membuang karbondioksida. Sistem respirasi terdiri atas paru-paru dan sistem saluran yang menghubungkan jaringan paru-paru dengan lingkungan luar. Sistem respirasi di bagi menjadi dua, yaitu bagian kondusi yang terdiri atas rongga hidung, nesofaring, laring, trakea, bronki, dan bronkeolus. Dan bagian respirasinya terdiri atas alveoli dan struktur yang berhubungan.
Pertukaran gas antara udara dan darah hanya terjadi dalam alveoli (berbentuk seperti kantung khusus yang membentuk sebagian besar paru-paru). Adapun fungsi dari bagian kondusi adalah menyediakan saluran di mana udara dapat mengalir ke dan dari paru-paru, memelihara udara yang diinspirasi. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, masing-masing sub divisi bagian kondusi memperlihatkan beberapa gambaran struktural yang sama satu sama lain. Agar suplai udara yang tidak terputus, terdapat gabungan-gabungan rawan, serabut-serabut elastin, dan otot polos yang memperlihatkan struktur penyokong yang keras dan kaku bagi organ-organ kondusi serta memerlukan fleksibilitas dan ekstenbilitas. Pada rawan terutama hialin dan adanya sedikit elastin yang ditemukan pada pinggir lamina propria (menunjukkan berbagai bentuk mulai dari lempeng-lempeng yang tidak teratur sampai yang berbentuk cincin lengkap). Rawan ini umumnya berperan sebagai penyokong dinding bagian kondusi, mencegah kolaps lumen sehingga udara dapat masuk ke paru-paru secara terus-menerus.
Serabut-serabut elastin yang banyak dapat memberikan fleksibilitas struktur dan memungkinkan organ kembali ke bentuk semula setelah meregang. Serabut-serabut itu ditemukan dalam lamina propria, terutama yang terletak longitudinal. Konsentrasi serabut-serabut elastin berbanding terbalik denagn garis tengah bagian kondusi (bronkiolus yang terkecil mendapt proporsi serabut yang terbanyak). Berkas-berkas otot polos terdapat di trakhea hingga duktus alveolaris (bagian respirasi). Kontraksi otot polos mengurangi garis tengah bagian kondusi dan mampu mengatur aliran udara selama inspirasi dan ekspirasi. Pemeliharaan udara merupakan fungsi utama pada bagian kondusi. Sebelum udara masuk paru-paru, udara yang diinspirasi dibersihkan, dibasahi, dan dihangatkan. Untuk melakukan fungsi ini mukosa bagian kondusi dibatasi oleh epitel respirasi khusus dan kelenjar serosa dan mukosa yang banyak, serta kaya akan jarinagn vaskuler dalm lamina proprianya. Sebagian besar bagian kondusi dibatasi oleh epitel bertingkat toraks bersilia yang mengandung banyak sel goblet. Pada cabang-cabang bronkus, sel-sel epitel ini mengalami perubahan menjadi epitel pipih selapis. Ketika bronkus membelah menjadi bronkiolus epitel berubah menjadi selapis kubus. Jumlah sel goblet mulai berkurang pada bronkus yang lebih kecil dan sam sekali tidak ada pada epitel bronkiolus terminalis. Sel-sel bersilia yang menyertai sel-sel goblet tetap ada pada bronkiolus halus namun sudah tidak mengandung sel-sel goblet lagi. Sel-sel bersilia tersebut berperanan mencegah mukus yang tertimbun dalam bagian respirasi. Mukus yang menangkap partikel dan mengabsorbsi gas yang larut dalm air didorong terus menerus oleh silia ke arah faring. Pergerakan lapisan mukosa ditimbulkan dan diatur oleh aliran sekresi serosa. Selain untuk membersihkan kotoran, lapisn mukosa juga berperan untuk membasahi udara inspirasi.
3.      Organ – Organ Respirasi
a.      Rongga Hidung
Udara masuk dan keluar melalui rongga hidung. Dengan udara luar dihubungkan oleh lubang hidung luar (nares eksternal), dengan faring dihubungkan oleh lubang hidung dalam (nares internal/khoane). Rongga hidung dipisahkan oleh suatu sekat yang disebut septum basal, menjadi bagian kiri dan kanan sedangkan dari rongga mulut dibatasi oleh maksila dan tulang langit-langit mulut. Rongga hidung dilapisi dengan epitel silindris bersilia yang mengandung banyak sel goblet penghasil lendir. Rongga hidung dilengkapi dengan rambut hidung yang berfungsi sebagai penghalau benda-benda asing atau debu yang ikut masuk saat menghirup udara. Saat udara masuk ke hidung, bulu-bulu hidung berperan menyaring partikel-partikel debu yang kasar dan zat-zat lain. Mukus ini, dalam hubungannya dengan sekresi serosa, juga berperan untuk membasahi udara yang masuk dan melindungi pembatas alveolar halus dari pengeringan. Selain itu udara juga dihangatkan oleh jaringan vaskuler superfisial.
b.      Laring
Laring merupakan tabung ireguler yang menghubungkan faring dengan trakea. Dalam lamina propia terdapat sejumlah rawan laring, struktur yang paling rumit pada jalan pernapasan. Rawan-rawan yang lebih besar (tiroid, krikoid, dan sebagian besar aritenoid) adalah rawan hialin, dan pada orang tua sebagian dapat mengalami kalsifikasi. Rawan yang lebih kecil (epiglotis, cuneiformis, kornikulatum, dan ujung aritenoid) adalah rawan elastin. Ligamentum-ligamentum menghubungkan rawan-rawan tersebut satu sama lain, dan sebagian besar bersambung dengan otot-otot intrinsik laring, dimana mereka sendiri tidak bersambungan karena mereka adalah otot lurik. Selain berperan sebagai penyokong (mempertahankan agar jalan udara tetap terbuka) rawan-rawan ini berperanan sebagai katup untuk mencegah makanan atau cairan yang ditelan masuk trakea. Mereka juga berperanan dalam pembentukan irama fonasi.
Epiglotis, yang menonjol dari pinggir laring, meluas ke faring dan karena itu mempunyai permukaan yang menghadap ke lidah dan laring. Seluruh permukaan yang menghadap ke lidah dan bagian permukaan apikal yang menghadap ke laring diliputi oleh epitel berlapis gepeng. Ke arah basis epiglotis pada permukaan yang menghadap laring, epitel mengalami perubahan menjadi epitel bertingkat toraks bersilia. Kelenjar campur mukosa dan serosa terutama terdapat di bawah epitel toraks, bebas menyebar ke dalam, yang menimbulkan bercak pada rawan elastin yang berdekatan. Di bawah epiglottis, mukosa membentuk dua pasang lipatan yang meluas ke dalam lumen laring. Pasangan yang di atas merupakan pita suara palsu (atau lipatan vestibular), dan mereka mempunyai epitel respirasi yang di bawahnya terletak sejumlah kelenjar seromukosa dalam lamina proprianya. Pasangan yang bawah merupakan lipatan yang merupakan pita suara asli. Di dalam pita suara, yang diliputi oleh epitel berlapis gepeng, terdapat berkas-berkas besar sejajar dari selaput elastin yang merupakan ligamentum vocale. Sejajar dengan ligamentum terdpat berkas-berkas otot lurik, yang mengatur regangan pita dan ligamentum dan akibatnya, waktu udara didorong melalui pita-pita menimbulkan suatu suara dengan tonus yang tidak sama.
c.       Trakea
Trakea merupakan tabung berdinding tipis yang terletak dari basis laring (rawan krikoid) ke tempat di mana trakea bercabang menjadi 2 bronkus primer. Trakea dibatasi oleh mukosa respirasi. Di dalam lamina propria terdapat 16-20 rawan hialin berbentuk seperti huruf C yang berperanan mempertahankan lumen trakea agar tetap terbuka. Ligamentum fibroelastindan berkas-berkas otot polos melekat pada perikondrium dan menghubungkan ujung-ujung bebas rawan yang berbentuk huruf C tersebut. Ligamentum mencegah peregangan lumen yang berlebihan, sementara itu otot memungkinkan rawan saling berdekatan. Kontraksi otot disertai dengan penyempitan lumen trakea dan digunakan untuk respon batuk. Setelah kontraksi, akibat penyempitan lumen trakea akan menambah kecepatan udara ekspirasi, yang membantu membersihkan jalan udara.
d.      Bronki
Trakea membelah menjadi 2 bronkus utama yang masuk ke dalam paru-paru pada tiap hilus. Selain itu, pada tiap-tiap hilus arteòh dan vena seòõ` pembuluh limfe masuk dan meninggalkan paru-paru. Struktur ini dikelilingi oleh jaringan penyambung padat dan membentuk akar paru-paru. Setelah masuk ke dalam paru-paru, bronkus primer menuju ke arah bawah dan luar untuk membentuk 3 bronkus pada paru-paru kanan 2 bronkus pada paru-paru kiri. Bronkus lobaris bercabang-cabang membentuk bronkus yang lebih kecil yang di sebut Bronkiolus. Masing-masing bronkiolus masuk ke lobus paru-paru yang membentuk 5-7 bronkiolus terminalis.
Lobulus paru-paru berbentuk piramid dengan apeks yang mengarah ke arah permukaan paru-paru. Tiap lobulus dibatasi oleh septum jaringan penyambung tipis yang terlihat pada fetus. Bronkiolus tidak mempunyai kelenjar pada mukosanya tetapi hanya ditunjukkan oleh adanya sel-sel goblet yang tersebar dalam epitel permulaan(bagian luar). Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya bersilia dan kekomplekannya berkurang sehingga menjadi epitel kubis bersilia pada bronkiolus terminalis. Selain sel-sel bersilia, bronkiolus terminal juga mempunyai sel-sel clara yang permukaan apikalnya berbentuk seperti kubah yang menonjol ke arah lumen. Sel-sel clara pada manusia merupakan sel-sel sekretori. Bronkiolus respiratorius dibatasi oleh epitel kubis bersilia, tetapi pada tepi lubang alveolaris, epitel bronkiolus menuju epitel pembatas alveolus. Epitel bronkiolus terdiri atas epitel kubis bersilia tetapi pada bagian yang lebih distal, silia mungkin tidak ada. Bronkiolus respiratorius digunakan untukmenggambarkan fungsi pada segmen jalannya pernapasan.
Duktus alveolaris dan alveoli dibatasi oleh sel-sel epitel selapis gepeng yang sangat tipis. Dalam lamina propria, di sekitar tepi alveoli merupakan jala sel otot polos yang saling berhubungan. Duktus alveolaris bermuara ke dalam atria, ruang yang menghubungkan antara multilokularis alveoli dengan dua atau lebih alveolaris pada setiap atrium. Serabut-aerabut elastin memungkinkan alveoli mengembang pada waktu inspirasi dan secara pasif berkontraksi pada saat ekspirasi. Kolagen berperan sebagai penyokong yang mencegah peregangan yang berlebihan dan sebagai pencegah kerusakan-kerusakan kapiler halus dan septa alveoli yang tipis.

e.       Paru – paru
Paru – paru terdiri dari alveolus sebagai tempat pertukaran gas dan pleura yang merupakan selaput pada paru – paru.
1)      Alveoli
Alveoli ( jamak:alveolus ) merupakan evaginasi kecil seperti kantung dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris , dan sakus alveolaris. Alveoli merupakan bagian terminal cabang-cabang bronkus dan bertanggungjawab akan struktur paru-paru yang menyerupai busa. Secara struktural alveoli menyerupai kantung kecil yang terbuka pada salah satu sisinya, mirip sarang tawon. Dalam struktur yang menyerupai mangkok ini, oksigen dan CO2 mengadakan pertukaran antara udara dan darah. Dinding alveoli dikhususkan untuk menyelenggarakan difusi antara lingkungan eksternal dan internal. Umumnya, tiap-tiap dinding dari 2 alveoli yang berdekatan bersatu dan dinamakan septum atau dinding interalveolaris. Septum Alveolaris terdiri atas dua lapisan epitel pipih tipis yang diantaranya terdapat kapiler-kapiler, jaringan penyambung merupakan intertisial. Di dalam interstisial septa alveolaris paling kaya akan jaringan kapiler dalam tubuh.
Oksigen udara Alveoli masuk ke dalam kapiler darah melalui membran yang membatasi udara dan alveoli, CO2 berdifusi dengan arah yang berlawanan. Pelepasan CO2 dari H2CO3 dikatalisis oleh enzim anhidrase karbonat yang terdapat dalam sel-sel darah merah. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila eritrosit mengandung enzim tersebut lebih banyak dibandingkan sel-sel lain di tubuh. Paru-paru kira-kira mengandung 300 juta alveoli, jadi sangat menambah permukaan pertukaran internal, yang telah dihitung kira-kira 70-80 m2.
2)      Pleura
Pleura adalah membran serosa yang meliputi paru-paru. Ia terdiri atas dua lapisan, yaitu parietal dan viseral, yang bersambungan pada daerah hilus. Kedua membran diliputi oleh sel-sel mesotel yang terletak pada lapisan jaringan penyambung halus yang mengandung serabut kolagen dan elastin. Serabut-serabut elastin pleura viseralis bersambungan dengan serabut-serabut yang terdapat pada parenkim paru-paru. Oleh karena itu, kedua lapisan tersebut membatasai rongga yang semata-mata dibatasai oleh sel gepeng mesotel. Dalam keadaan normal, rongga pleura ini hanya mengandung selaput cairan yang bekerja sebagai agen pelumas, memungkinkan pergeseran halus permukaan satu dengan yang lainnya selama pergerakan respirasai. Pada keadaan patologis tertentu, rongga pleura dapat berubah menjadi rongga sebenarnya, mengandung cairan atau udara pada bagian dalamnya. Dinding rongga pleura, seperti semua rongga serosa (periotenum dan perikardium), sangat permeabel terhadap air dan zat lain. Jadi, penimbunan cairan pada rongga ini sering terjadi pada keadaan-keadaan patologis. Cairan ini berasal dari plasma darah dengan cara eksudasi. Sebaliknya, pada keadaan tertentu, cairan atau gas yang terdapat dalam rongga pleura dengan cepat dapat direabsorbsi.






















BAB III
PROSEDUR DAN HASIL PENGAMATAN
A.    Prosedur
1.      Alat dan Bahan
a.       Kadal
b.      Pisau
c.       Papan/ Nampan
d.      Jarum
e.       Benang
f.       Kapas
g.      Paku 4 buah
h.      Batu
i.        Alkohol 70%
2.      Cara Kerja
a.       Kadal diletakkan pada nampan/ papan. Lalu kadal dibius dengan alcohol 70%.
b.      Kadal direntangkan, lalu kedua kaki dan tangannya dipaku.
c.       Sesek kulit kadal di bagian lehernya.
d.      Tubuh kadal dibuka dengan menggunakan pisau tajam, dari bagian atas dekat kepala sampai kloaka atau bagian ujung pada kadal.
e.       Bagian-bagian dalam organ kadal diamati.
f.       Setelah bagian dalam organ kadal diamati, tubuh kadal dijahit dengan menggunakan jarum dan benang. Setelah itu kadal dikembalikan ke habitatnya.





















BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Setelah kelompok kami melakukan pengamatan pada reptil ( kadal ) ternyata    hasil pengamatan tentang sistem pernapasannya, menghasilkan rongga hidung, tulang rusuk dan paru-paru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan kami kurang sesuai dengan teori yang  mengenai sistem pernapasan reptil.
B.     Saran
1.      Teman-teman yang ingin mengetahui lebih dalam tentang sistem pernapasan reptil harus menggunakan alat-alat yang terbaik agar bisa lebih memahami bagian-bagian sistem percernaan tersebut.
2.      Teman-teman disarankan untuk labih teliti lagi dalam mengamati sistam pernapasan pada reptil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar