A.
Teori-Teori Asam Basa
Ada
beberapa pendapat yang menjelaskan penyebab sifat asam dan basa. Pada tahun
1777, Antoine Laurent Lavoiser (1743-1794) mengemukakan bahwa asam mengandung
unsur oksigen. Ternyata, pemikiran Lavoisier ini salah karena ada asam yang
tidak mengandung oksigen, misalnya asam klorida. Pada tahun 1810, Sir Humphrey
Davy kemudian menyimpulkan bahwa unsur hidrogenlah, dan bukan unsur oksigen,
yang merupakan unsur dasar asam. Kemudian tahun1814 Joseph Louis Gay-Lussac
(1778-1850) menyimpulkan bahwa asam adalah suatu zat yang dapat menetralkan
alkali dan kedua golongan senyawa itu hanya dapat didefinisikan dalam kaitan
satu dengan yang lain. Berikut adalah perbandingan sifat asam dan basa diberikan
pada:
Tabel 2.1 Perbedaan Sifat Asam
dan Basa
Sifat Asam
|
Sifat Basa
|
Mempunyai rasa asam
|
Mempunyai rasa pahit dan licin
|
Korosif (dapat merusak logam)
|
Bersifat kaustik (dapat merusak kulit)
|
Dapat memerahkan kertas lakmus biru
|
Dapat membirukan kertas lakmus merah
|
Dapat menetralkan larutan basa
|
Dapat menetralkan larutan asam
|
Berikut adalah beberapa teori tentang
asam dan basa yang digunakan hingga saat ini.
1. Teori
Asam Basa Arrhenius
a. Asam
Asam adalah zat yang akan menghasilkan
ion hidrogen (ion H+). Hal ini berarti ion H+ merupakan pembawa sifat asam. Asam
Arrhenius dapat dirumuskan sebagai berikut.
HxZ(aq) →
xH+(aq) + Zx-(aq)
Jumlah
ion H+ yang dihasilkan oleh ionisasi 1 molekul asam disebut valensi
asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk setelah asam melepaskan ion H+ disebut
ion sisa asam. Nama asam sama dengan nama ion sisa asam dengan didahului kata
asam. Asam yang hanya menghasilkan sebuah ion H+ disebut asam
monoprotik (asam berbasa satu), sedangkan asam yang menghasilkan dua ion H+
setiap molekulnya disebut asam diprotik (asam berbasa dua), begitu seterusnya.
Beberapa contoh asam dan reaksi ionisasinya diberikan pada:
Tabel 2.2 Beberapa Jenis Asam dan Reaksi Ionisasinya
Rumus Asam
|
Nama Asam
|
Reaksi Ionisasi
|
Sisa Asam
|
Asam Monoprotik
|
|
||
HF
|
asam flourida
|
HF
|
F-
|
HBr
|
asam bromide
|
HBr
|
Br-
|
HCN
|
asam sianida
|
HCN
|
CN-
|
HClO4
|
asam perklorat
|
HClO4
|
ClO4-
|
HNO2
|
asam nitrit
|
HNO2
|
NO2-
|
Asam Diprotik
|
|
||
H2S
|
asam sulfide
|
H2S
|
S-
|
H2SO3
|
asam sulfit
|
H2SO3
|
SO32-
|
H2CO3
|
asam karbonat
|
H2CO3
|
CO32-
|
H2C2O4
|
asam oksalat
|
H2C2O4
|
C2O42-
|
H2SO4
|
asam sulfat
|
H2SO4
|
SO42-
|
Asam Tiprotik
|
|
||
H3PO3
|
asam fosfit
|
H3PO3
|
PO33-
|
H3PO4
|
asam fosfat
|
H3PO4
|
PO43-
|
H3AsO3
|
asam arsenit
|
H3AsO3
|
AsO33-
|
H3AsO4
|
asam arsenat
|
H3AsO4
|
AsO43-
|
b.
Basa
Basa adalah
senyawa yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-).
Jadi, pembawa sifat basa adalah ion OH-. Basa Arrhenius merupakan
hidroksida logam, dapat dirumuskan sebagai M(OH)x, dan dalam air
mengion sebagai berikut.
M(OH)x(aq) →
Mx+(aq) + xOH-(aq)
Jumlah ion OH- yang
dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa. Beberapa contoh
basa Arrhenius diberikan pada:
Tabel 2.3 Beberapa Contoh Basa dan Reaksi
Ionisasinya
Rumus Basa
|
Nama Basa
|
Reaksi Ionisasi
|
Valensi Basa
|
NaOH
|
natrium hidroksida
|
NaOH
|
1
|
KOH
|
kalium hidroksida
|
KOH
|
1
|
Mg(OH)2
|
magnesium hidroksida
|
Mg(OH)2
|
2
|
Ca(OH)2
|
kalsium hidroksida
|
Ca(OH)2
|
2
|
Ba(OH)2
|
barium hidroksida
|
Ba(OH)2
|
2
|
Fe(OH)3
|
besi (III) hidroksida
|
Fe(OH)3
|
3
|
Fe(OH)2
|
basi (II) hidroksida
|
Fe(OH)2
|
2
|
Al(OH)3
|
alumunium hidroksida
|
Al(OH)3
|
3
|
Sr(OH)2
|
stronsium hidroksida
|
Sr(OH)2
|
2
|
c.
Kekurangan Asam Basa Arrhenius
Teori Arrhenius memiliki beberapa
kekurangan:
1)
hanya dapat diaplikasikan dalam reaksi
yangterjadi dalam air
2) tidak
menjelaskan mengapa beberapa senyawa, yang mengandung hidrogen dengan bilangan
oksidasi +1 (seperti HCl) larut dalam air untuk membentuk larutan asam, sedangkan
yang lain seperti CH4 tidak
3) tidak
dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH-, seperti
Na2CO3memiliki karakteristik seperti basa.
Berdasarkan kemampuannya untuk
terionisasi dalam larutannya, senyawa asam dan basa dibagi menjadi 4 kelompok
yaitu:
a)Asam
kuat, yaitu asam yang mudah terionisasi dan banyak menghasilkan ion H+
dalam larutannya. Contoh: HCl, HBr, HI, H2SO4, NHO3,
dan HClO4.
b)
Asam lemah, yaitu asam yang sedikit
terionisasi dan menghasilkan sedikit ion H+ dalam larutannya. Contoh:
CH3COOH, HCN, HF, H2S, H3PO4, H2PO4,
dan H3PO3.
c)Basa
kuat, yaitu basa yang mudah terionisasi dan banyak menghasilkan ion OH-
dalam larutannya. Contoh: KOH, NaOH, Ba(OH)2, dan Ca(OH)2.
d)
Basa lemah, yaitu basa yang sedikit
terionisasi dan menghasilkan sedikit ion OH-dalam larutannya. Contoh:
NH3, Al(OH)2, Zn(OH)2, dan NH4OH.
2. Teori
Asam Basa Bronsted-Lowry
a. Pengertian
Asam dan Basa
Teori asam basa
Arrhenius menyatakan bahwa senyawa HCl bersifat asam karena dalam larutannya
menghasilkan ion H+, sedangkan NaOH bersifat basa karena dalam
larutannya melepaskan ion OH-. Teori asam basa Arrhenius ini berlaku
jika dalam keadaan berikut.:
“Senyawa
yang terlibat dalam reaksi harus dalam bentuk larutan. Dan Suatu senyawa
dikatan bersifat asam jika dalam larutannya menghasilkan ion H+,
sedangkan suatu senyawa dikatakan bersifat basa jika dalam larutannya
melepaskan ion OH-.”
Tetapi dalam
kenyataan di alam ternyata fakta yang tidak memenuhi aturan Arrhenius tersebut,
antara lain:
1) Gas
HCl dan gas NH3 dapat langsung bereaksi membentuk NH4Cl.
HCl
+ NH3 →
NH4Cl Mengapa?
2) Larutan
Na2CO3 jika dites dengan indicator menunjukkan sifat basa
padahal dalam senyawa tersebut tidak mengandung ion OH-. Mengapa?
Berdasarkan fakta di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa teori asam basa Arrhenius belum bisa menjelaskan semua
fenomena reaksi kimia.
Menanggapi kekurangan teori asam dan
basa Arrhenius tersebut, pada tahun 1923, seorang ahli dari Denmark bernama
Johanes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry dari Inggris yang bekerja
sendiri-sendiri, tetapi dalam waktu yang bersamaan mengembangkan konsep asam
basa berdasarkan serah-terima proton (H+). Konsep asam basa
berdasarkan serah-terima proton dikenal dengan konsep asam-basa Bronsted-Lowry.
Menurut konsep asam-basa Bronsted-Lowry
pengertian asam dan basa adalah sebagai berikut:
1) Asam
adalah gugus (spesi) yang cenderung memberi atau melepaskan proton (donor
proton)
2) Basa
adalah gugus (spesi) yang cenderung menerima proton (akseptor proton)
Konsep asam-basa dari Bronsted-Lowry lebih
luas daripada konsep asam basa Arrhenius karena hal-hal berikut:
a) Konsep
asam-basa Bronsted-Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi juga
mennjelaskan reaksi asam basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa
pelarut.
b) Asam
basa Bronsted-Lowry tidak hanya berupa molekul, tetapi jjuga dapat berupa
kation atau anion. Konsep asam basa Bronsted-Lowry dapat menjelaskan sifat asam
dari NH4Cl. Dalam NH4Cl yang bersifat asam adalah ion NH4+
karena dalam air dapat melepaskan proton.
b. Asam
dan Basa Konjugasi
Suatu asam,
setelah melepaskan satu proton, akan membentuk spesi yang disebut basa
konjugasi dari asam itu. Spesi itu adalah suatu basa karena dapat menyerap
proton dan membentuk kembali asam semula.
Asam
↔
Basa konjugasi + H+
Demikian juga dengan suatu
basa, setelah menyerap saru proton akan membentuk suatu spesi yang disebut asam
konjugasi dari basa itu.
Basa
+ H+ ↔
Asam konjugasi
Pasangan asam dan basa
setelah terjadi serah terima proton dinamakan asam-basa konjugasi.
HA
|
+
|
H2O
|
↔
|
H3O+
|
+
|
A-
|
asam
|
Basa
|
asam konjugasi
|
basa konjugasi
|
Berikut
beberapa contoh asam basa menurut Bronsted dan Lowry diberikan:
Tabel 2.4 Contoh Asam Basa
No
|
Asam 1
|
|
Basa 2
|
|
Basa 1
|
|
Asam 2
|
a.
|
HNO3
|
+
|
NH3
|
↔
|
NO3-
|
+
|
NH4+
|
b.
|
HCl
|
+
|
H2O
|
↔
|
Cl-
|
+
|
H3O+
|
c.
|
S2-
|
+
|
H2O
|
↔
|
HS-
|
+
|
CH-
|
Beberapa zat dapat berlaku
sebagai basa bila dihadapkan dengan asam dan berlaku sebagai asam bila
dihadapkan pada basa. Zat tersebut disebut senyawa amfotir (amfiprotik).
3.
Teori Asam Basa Lewis
a.
Pengertian Asam Basa
Lewis
menyatakan bahwa asam adalah suatu molekul
atau ion yang dapat menerima pasangan elektron, sedangkan basa adalah
suatu molekul atau ion yang dapat memberikan pasangan elektronnya.
b.
Keunggulan Asam Basa Lewis
Beberapa
keunggulan asam basa Lewis yaitu sebagai berikut:
1)
Sama dengan teori Bronsted dan Lowry.
Teory ini dapat menjelaskan sifat asam basa dalam pelarut lain ataupun tanpa
pelarut.
2)
Teori ini dapat menjelaskan sifat asam
basa molekul atau ion yang mempunyai pasangan electron bebas atau yang dapat
menerima pasangan electron bebas.
3)
Dapat menerangkan sifat basa dari
zat-zat organic seperti DNA dan RNA yang mengandung atom nitrogen yang memiliki
pasangan electron bebas.
B.
Kekuatan Asam
Kekuatan
asam dipengaruhi oleh banyaknya ion-ion H+ yang dihasilkan oleh
senyawa asam dalam larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion H+
yang dihasilkan, larutan asam dibedakan menjadi dua macan sebagai berikut.
1.
Asam Kuat
Reaksi
ionisasi asam kuat merupakan reaksi berkesudahan. Secara umum, ionisasi asam
kuat dirumuskan sebagai berikut.
HA
|
|
H+
|
+
|
A-
|
[H+]
|
=
|
valensi asam
|
.
|
M
|
2.
Asam Lemah
Reaksi
ionisasi asam lemah merupakan reaksi kesetimbangan. Secara umum, ionisasi asam
lemah dapat dirumuskan sebagai berikut.
HA
|
↔
|
H+
|
+
|
A-
|
|||
|
C.
Kekuatan Basa
Kekuatan basa dipengaruhi oleh banyaknya
ion-ion OH- yang dihasilkan oleh senyawa basa dalam larutannya.
Berdasarkan banyak sedikitnya ion OH- yang dihasilkan, larutan basa
dibedakan menjadi dua macam yaitu,
1.
Basa Kuat
Basa kuat yaitu senyawa basa yang
dalam larutannya terion seluruhnya mmenjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa
kuat merupakan reaksi berkesudahan.
Secara
umum, ionisasi basa kuat dirumuskan sebagai berikut.
M(OH)x
|
|
Mx+
|
+
|
x OH-
|
[OH-]
|
=
|
valensi basa
|
.
|
M
|
2.
Basa Lemah
Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam
larutannya hanya sedikit terionisasi menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa
lemah juga merupakan reaksi kesetimbangan.
Secara umum, ionisasi basa lemah valensi
satu dapat dirumuskan sebagai berikut.
M(OH)
|
|
M+
|
+
|
OH-
|
[OH+]
|
=
|
|
D.
Derajat Keasaman (pH)
a.
Konsep pH
Untuk menyatakan tingkat atau derajat
keasaman suatu larutan, pada tahun 1910, seorang ahli daari Denmark, Soren
Lautiz Sorensen memperkenalkan suatu bilangan yang sederhana. Bilangan ini
diperoleh dari hasil logaritma konsentrasi H+. Bilangan ini dikenal
dengan skala pH. Harga pH berkisar antara 1 – 14 dan ditulis:
pH
|
=
|
-log [H+]
|
Analog dengan di
atas, maka:
pOH
|
=
|
-log [OH-]
|
Sedangkan
hubungan antara pH dan pOH adalah:
Kw
|
=
|
[H+] [OH+]
|
-log
Kw
|
=
|
-log [H+] + (-log[OH-])
|
pKw
|
=
|
pH + pOH
|
Pada suhu 25° C
, pKw = pH
+ pOH = 14
b.
Pengukuran pH
1)
Menggunakan Beberapa Indikator
Indikator adalah asam organic lemah atau
basa organik lemah yang dapat berubah warna pada rentang harga pH tertentu. Harga pH pada larutan dapat diperkirakan dengan menggunakan trayek pH indikator. Indikator memiliki trayek
perubahan warna berbeda-beda.
2)
Menggunakan Indikator Universal
pH suatu larutan juga
dapat ditentukan dengan menggunakan indicator universal, yaitu campuran
berbagai indikator yang dapat menunjukkan pH
suatu larutan dari perubahan warnanya.
Warna indikator
universal larutan dapat dilihat pada tabel 1.5
Tabel 2.5 Warna
Indikator Universal pada Berbagai pH
pH
|
Warna
Indikator Universal
|
pH
|
Warna
Indikator Universal
|
1
|
merah
|
8
|
biru
|
2
|
merah lebih muda
|
9
|
biru muda
|
3
|
merah muda
|
10
|
ungu sangat muda
|
4
|
merah jingga
|
11
|
ungu muda
|
5
|
jingga
|
12
|
ungu tua
|
6
|
kuning
|
13
|
ungu tua
|
7
|
hijau
|
14
|
ungu tua
|
3)
Menggunakan pH-meter
pH-meter adalah alat
pengukur pH dengan ketelitian sangat
tinggi.
E.
Reaksi Penetralan
1)
Reaksi Asam dengan Basa Menghasilkan Air
dan Garam
Jika
larutan asam dan basa dicampur, maka ion H+ dari asam dan ion OH-
dari basa akan bergabung membentuk molekul air, sedangkan anion dari asam dan
kation dari basa akan berikatan membentuk senyawa garam. Karena hasil reaksi
antara asam dan basa membentuk air yang bersifat netral, maka reaksi tersebut
disebut reaksi penetralan. Tetapi karena reaksi tersebut juga
menghasilkan garam, maka reaksi tersebut juga sering dikenal dengan sebutan
reaksi penggaraman.
Asam
+ Basa →
Garam + Air
Jika larutan asam basa dicampur, maka sifat garam yang terbentuk
ada tiga kemungkinan, yaitu:
a.
Jika asam kuat + basa kuat →
garam (netral)
b.
Jika asam kuat + basa lemah →
garam (asam)
c.
Jika asam lemah + basa kuat →
garam (basa)
2) Titrasi
Asam-Basa
Reaksi
penetralan dapat digunakan untuk menetapkan kadar atau konsentrasi suatu
larutan asam atau basa. Penetapan kadar suatu larutan ini disebut titrasi
asam-basa. Titrasi adalah penambahan larutan baku (larutan yang telah diketahui
dengan tepat konsentrasinya) ke dalam larutan lain dengan bantuan indikator
sampai tercapai titik ekuivalen. Saat perubahan warna indikator disebut titik
akhir titrasi.
F. Reaksi-reaksi
dalam Larutan Asam dan Basa
1) Reaksi
Penetralan
Reaksi
penetralan yaitu reaksi yang dihasilkan apabila terjadi reaksi antara asam
dengan basa.
2) Reaksi
Pembentukan Gas
a. Gas
Hidrogen, terjadi jika asam direaksikan dengan sebagian logam.
b. Gas
Karbon Dioksida, antara lain dihasilkan dari reaksi antara garam-garam karbonat
dengan asam.
3) Reaksi
Pengendapan
4) Reaksi
Oksida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar