Sabtu, 02 November 2013

Asam dan Basa



A.    Teori-Teori Asam Basa
Ada beberapa pendapat yang menjelaskan penyebab sifat asam dan basa. Pada tahun 1777, Antoine Laurent Lavoiser (1743-1794) mengemukakan bahwa asam mengandung unsur oksigen. Ternyata, pemikiran Lavoisier ini salah karena ada asam yang tidak mengandung oksigen, misalnya asam klorida. Pada tahun 1810, Sir Humphrey Davy kemudian menyimpulkan bahwa unsur hidrogenlah, dan bukan unsur oksigen, yang merupakan unsur dasar asam. Kemudian tahun1814 Joseph Louis Gay-Lussac (1778-1850) menyimpulkan bahwa asam adalah suatu zat yang dapat menetralkan alkali dan kedua golongan senyawa itu hanya dapat didefinisikan dalam kaitan satu dengan yang lain. Berikut adalah perbandingan sifat asam dan basa diberikan pada:

Tabel 2.1 Perbedaan Sifat Asam dan Basa

Sifat Asam
Sifat Basa
Mempunyai rasa asam
Mempunyai rasa pahit dan licin
Korosif (dapat merusak logam)
Bersifat kaustik (dapat merusak kulit)
Dapat memerahkan kertas lakmus biru
Dapat membirukan kertas lakmus merah
Dapat menetralkan larutan basa
Dapat menetralkan larutan asam

Berikut adalah beberapa teori tentang asam dan basa yang digunakan hingga saat ini.
1.   Teori Asam Basa Arrhenius
a.  Asam
Asam adalah zat yang akan menghasilkan ion hidrogen (ion H+). Hal ini berarti ion H+  merupakan pembawa sifat asam. Asam Arrhenius dapat dirumuskan sebagai berikut.

HxZ(aq)  xH+(aq) + Zx-(aq)

Jumlah ion H+ yang dihasilkan oleh ionisasi 1 molekul asam disebut valensi asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk setelah asam melepaskan ion H+ disebut ion sisa asam. Nama asam sama dengan nama ion sisa asam dengan didahului kata asam. Asam yang hanya menghasilkan sebuah ion H+ disebut asam monoprotik (asam berbasa satu), sedangkan asam yang menghasilkan dua ion H+ setiap molekulnya disebut asam diprotik (asam berbasa dua), begitu seterusnya. Beberapa contoh asam dan reaksi ionisasinya diberikan pada:
Tabel 2.2 Beberapa Jenis Asam dan Reaksi Ionisasinya

Rumus Asam
Nama Asam
Reaksi Ionisasi
Sisa Asam
Asam Monoprotik

HF
asam flourida
 HF  H+ + F-
F-
HBr
asam bromide
 HBr  H+ + Br-
Br-
HCN
asam sianida
 HCN  H+ + CN-
CN-
HClO4
asam perklorat
 HClO4  H+ + ClO4-
ClO4-
HNO2
asam nitrit
 HNO2  H+ + NO2-
NO2-
Asam Diprotik

H2S
asam sulfide
 H2S  2H+ + S-
S-
H2SO3
asam sulfit
 H2SO3  2H+ + SO3-
SO32-
H2CO3
asam karbonat
 H2CO3  2H+ +CO32-
CO32-
H2C2O4
asam oksalat
 H2C2O4  2H+ + C2O4-
C2O42-
H2SO4
asam sulfat
 H2SO4  2H+ + SO42-
SO42-
Asam Tiprotik

H3PO3
asam fosfit
 H3PO3  3H+ + PO33-
PO33-
H3PO4
asam fosfat
 H3PO4  3H+ + PO43-
PO43-
H3AsO3
asam arsenit
 H3AsO3  3H+ + AsO33-
AsO33-
H3AsO4
asam arsenat
 H3AsO4  3H+ + AsO43-
AsO43-


b.   Basa
Basa adalah senyawa yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-). Jadi, pembawa sifat basa adalah ion OH-. Basa Arrhenius merupakan hidroksida logam, dapat dirumuskan sebagai M(OH)x, dan dalam air mengion sebagai berikut.
M(OH)x(aq)  Mx+(aq) + xOH-(aq)

Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa. Beberapa contoh basa Arrhenius diberikan pada:
Tabel 2.3 Beberapa Contoh Basa dan Reaksi Ionisasinya

Rumus Basa
Nama Basa
Reaksi Ionisasi
Valensi Basa
NaOH
natrium hidroksida
 NaOH  Na+ + OH-
1
KOH
kalium hidroksida
 KOH  K+ + OH-
1
Mg(OH)2
magnesium hidroksida
 Mg(OH)2  Mg2+ + OH-
2
Ca(OH)2
kalsium hidroksida
 Ca(OH)2  Ca2+ + OH-
2
Ba(OH)2
barium hidroksida
 Ba(OH)2  Ba+ + OH-
2
Fe(OH)3
besi (III) hidroksida
 Fe(OH)3  Fe3+ + OH-
3
Fe(OH)2
basi (II) hidroksida
 Fe(OH)2  Fe2+ + OH-
2
Al(OH)3
alumunium hidroksida
 Al(OH)3  Al3+ + OH-
3
Sr(OH)2
stronsium hidroksida
 Sr(OH)2  Sr2+ + OH-
2
c.    Kekurangan Asam Basa Arrhenius
Teori Arrhenius memiliki beberapa kekurangan:
1)      hanya dapat diaplikasikan dalam reaksi yangterjadi dalam air
2)      tidak menjelaskan mengapa beberapa senyawa, yang mengandung hidrogen dengan bilangan oksidasi +1 (seperti HCl) larut dalam air untuk membentuk larutan asam, sedangkan yang lain seperti CH4 tidak
3)      tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH-, seperti Na2CO3memiliki karakteristik seperti basa.
Berdasarkan kemampuannya untuk terionisasi dalam larutannya, senyawa asam dan basa dibagi menjadi 4 kelompok yaitu:
a)Asam kuat, yaitu asam yang mudah terionisasi dan banyak menghasilkan ion H+ dalam larutannya. Contoh: HCl, HBr, HI, H2SO4, NHO3, dan HClO4.
b)      Asam lemah, yaitu asam yang sedikit terionisasi dan menghasilkan sedikit ion H+ dalam larutannya. Contoh: CH3COOH, HCN, HF, H2S, H3PO4, H2PO4, dan H3PO3.
c)Basa kuat, yaitu basa yang mudah terionisasi dan banyak menghasilkan ion OH- dalam larutannya. Contoh: KOH, NaOH, Ba(OH)2, dan Ca(OH)2.
d)     Basa lemah, yaitu basa yang sedikit terionisasi dan menghasilkan sedikit ion OH-dalam larutannya. Contoh: NH3, Al(OH)2, Zn(OH)2, dan NH4OH.

2.   Teori Asam Basa Bronsted-Lowry
a.    Pengertian Asam dan Basa
Teori asam basa Arrhenius menyatakan bahwa senyawa HCl bersifat asam karena dalam larutannya menghasilkan ion H+, sedangkan NaOH bersifat basa karena dalam larutannya melepaskan ion OH-. Teori asam basa Arrhenius ini berlaku jika dalam keadaan berikut.:
 “Senyawa yang terlibat dalam reaksi harus dalam bentuk larutan. Dan Suatu senyawa dikatan bersifat asam jika dalam larutannya menghasilkan ion H+, sedangkan suatu senyawa dikatakan bersifat basa jika dalam larutannya melepaskan ion OH-.”

Tetapi dalam kenyataan di alam ternyata fakta yang tidak memenuhi aturan Arrhenius tersebut, antara lain:
1)   Gas HCl dan gas NH3 dapat langsung bereaksi membentuk NH4Cl.
HCl + NH3  NH4Cl      Mengapa?
2)   Larutan Na2CO3 jika dites dengan indicator menunjukkan sifat basa padahal dalam senyawa tersebut tidak mengandung ion OH-. Mengapa?
Berdasarkan fakta di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teori asam basa Arrhenius belum bisa menjelaskan semua fenomena reaksi kimia.
Menanggapi kekurangan teori asam dan basa Arrhenius tersebut, pada tahun 1923, seorang ahli dari Denmark bernama Johanes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry dari Inggris yang bekerja sendiri-sendiri, tetapi dalam waktu yang bersamaan mengembangkan konsep asam basa berdasarkan serah-terima proton (H+). Konsep asam basa berdasarkan serah-terima proton dikenal dengan konsep asam-basa Bronsted-Lowry.
Menurut konsep asam-basa Bronsted-Lowry pengertian asam dan basa adalah sebagai berikut:
1)   Asam adalah gugus (spesi) yang cenderung memberi atau melepaskan proton (donor proton)
2)   Basa adalah gugus (spesi) yang cenderung menerima proton (akseptor proton)
Konsep asam-basa dari Bronsted-Lowry lebih luas daripada konsep asam basa Arrhenius karena hal-hal berikut: 
a)   Konsep asam-basa Bronsted-Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi juga mennjelaskan reaksi asam basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.
b)   Asam basa Bronsted-Lowry tidak hanya berupa molekul, tetapi jjuga dapat berupa kation atau anion. Konsep asam basa Bronsted-Lowry dapat menjelaskan sifat asam dari NH4Cl. Dalam NH4Cl yang bersifat asam adalah ion NH4+ karena dalam air dapat melepaskan proton.

b.   Asam dan Basa Konjugasi
Suatu asam, setelah melepaskan satu proton, akan membentuk spesi yang disebut basa konjugasi dari asam itu. Spesi itu adalah suatu basa karena dapat menyerap proton dan membentuk kembali asam semula.
Asam  Basa konjugasi + H+
Demikian juga dengan suatu basa, setelah menyerap saru proton akan membentuk suatu spesi yang disebut asam konjugasi dari basa itu.
Basa + H+ Asam konjugasi
Pasangan asam dan basa setelah terjadi serah terima proton dinamakan asam-basa konjugasi.
HA
+
H2O
H3O+
+
A-
asam
Basa
asam konjugasi
basa konjugasi
Berikut beberapa contoh asam basa menurut Bronsted dan Lowry diberikan:
Tabel 2.4 Contoh Asam Basa
No
Asam 1

Basa 2

Basa 1

Asam 2
a.
HNO3
+
NH3
NO3-
+
NH4+
b.
HCl
+
H2O
Cl-
+
H3O+
c.
S2-
+
H2O
HS-
+
CH-
Beberapa zat dapat berlaku sebagai basa bila dihadapkan dengan asam dan berlaku sebagai asam bila dihadapkan pada basa. Zat tersebut disebut senyawa amfotir (amfiprotik).

3.      Teori Asam Basa Lewis
a.     Pengertian Asam Basa
Lewis menyatakan bahwa asam adalah suatu molekul  atau ion yang dapat menerima pasangan elektron, sedangkan basa adalah suatu molekul atau ion yang dapat memberikan pasangan elektronnya.
b.   Keunggulan Asam Basa Lewis
Beberapa keunggulan asam basa Lewis yaitu sebagai berikut:
1)   Sama dengan teori Bronsted dan Lowry. Teory ini dapat menjelaskan sifat asam basa dalam pelarut lain ataupun tanpa pelarut.
2)   Teori ini dapat menjelaskan sifat asam basa molekul atau ion yang mempunyai pasangan electron bebas atau yang dapat menerima pasangan electron bebas.
3)   Dapat menerangkan sifat basa dari zat-zat organic seperti DNA dan RNA yang mengandung atom nitrogen yang memiliki pasangan electron bebas.


B.  Kekuatan Asam
Kekuatan asam dipengaruhi oleh banyaknya ion-ion H+ yang dihasilkan oleh senyawa asam dalam larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion H+ yang dihasilkan, larutan asam dibedakan menjadi dua macan sebagai berikut.
1.   Asam Kuat
Reaksi ionisasi asam kuat merupakan reaksi berkesudahan. Secara umum, ionisasi asam kuat dirumuskan sebagai berikut.
HA
H+
+
A-

[H+]
 =
valensi asam
.
M
2.   Asam Lemah
Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi kesetimbangan. Secara umum, ionisasi asam lemah dapat dirumuskan sebagai berikut.
HA
H+
+
A-


[H+]
 Ka .HA
C.  Kekuatan Basa
     Kekuatan basa dipengaruhi oleh banyaknya ion-ion OH- yang dihasilkan oleh senyawa basa dalam larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion OH- yang dihasilkan, larutan basa dibedakan menjadi dua macam yaitu,
1.   Basa Kuat
            Basa kuat yaitu senyawa basa yang dalam larutannya terion seluruhnya mmenjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa kuat merupakan reaksi berkesudahan.
Secara umum, ionisasi basa kuat dirumuskan sebagai berikut.
M(OH)x
 
Mx+
 +
x OH-


[OH-]
 =
valensi basa
.
M
2.      Basa Lemah
      Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa lemah juga merupakan reaksi kesetimbangan.
      Secara umum, ionisasi basa lemah valensi satu dapat dirumuskan sebagai berikut.
M(OH)
 
M+
 +
OH-

[OH+]
 Kb .M(OH)

D.    Derajat Keasaman (pH)
a.       Konsep pH
      Untuk menyatakan tingkat atau derajat keasaman suatu larutan, pada tahun 1910, seorang ahli daari Denmark, Soren Lautiz Sorensen memperkenalkan suatu bilangan yang sederhana. Bilangan ini diperoleh dari hasil logaritma konsentrasi H+. Bilangan ini dikenal dengan skala pH. Harga pH berkisar antara 1 – 14 dan ditulis:
pH
-log [H+
Analog dengan di atas, maka:
pOH
-log [OH-
Sedangkan hubungan antara pH dan pOH adalah:
Kw
=
[H+] [OH+
-log Kw
=
 -log [H+] + (-log[OH-]) 

pKw
pH + pOH 
Pada suhu 25°C , pKw  = pH + pOH  = 14




b.      Pengukuran pH
1)      Menggunakan Beberapa Indikator
      Indikator adalah asam organic lemah atau basa organik lemah yang dapat berubah warna pada rentang harga pH tertentu. Harga pH pada larutan dapat diperkirakan dengan menggunakan trayek pH indikator. Indikator memiliki trayek perubahan warna berbeda-beda.
2)      Menggunakan Indikator Universal
      pH suatu larutan juga dapat ditentukan dengan menggunakan indicator universal, yaitu campuran berbagai indikator yang dapat menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan warnanya.
Warna indikator universal larutan dapat dilihat pada tabel 1.5
Tabel 2.5 Warna Indikator Universal pada Berbagai pH
pH
Warna Indikator Universal
pH
Warna Indikator Universal
1
merah
8
biru
2
merah lebih muda
9
biru muda
3
merah muda
10
ungu sangat muda
4
merah jingga
11
ungu muda
5
jingga
12
ungu tua
6
kuning
13
ungu tua
7
hijau
14
ungu tua

3)      Menggunakan pH-meter
      pH-meter adalah alat pengukur pH dengan ketelitian sangat tinggi.
E.     Reaksi Penetralan
1)      Reaksi Asam dengan Basa Menghasilkan Air dan Garam
Jika larutan asam dan basa dicampur, maka ion H+ dari asam dan ion OH- dari basa akan bergabung membentuk molekul air, sedangkan anion dari asam dan kation dari basa akan berikatan membentuk senyawa garam. Karena hasil reaksi antara asam dan basa membentuk air yang bersifat netral, maka reaksi tersebut disebut reaksi penetralan. Tetapi karena reaksi tersebut juga menghasilkan garam, maka reaksi tersebut juga sering dikenal dengan sebutan reaksi penggaraman.
Asam + Basa  Garam + Air
Jika larutan asam basa dicampur, maka sifat garam yang terbentuk ada tiga kemungkinan, yaitu:
a.       Jika asam kuat + basa kuat  garam (netral)
b.      Jika asam kuat + basa lemah  garam (asam)
c.       Jika asam lemah + basa kuat  garam (basa)
2)      Titrasi Asam-Basa
Reaksi penetralan dapat digunakan untuk menetapkan kadar atau konsentrasi suatu larutan asam atau basa. Penetapan kadar suatu larutan ini disebut titrasi asam-basa. Titrasi adalah penambahan larutan baku (larutan yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya) ke dalam larutan lain dengan bantuan indikator sampai tercapai titik ekuivalen. Saat perubahan warna indikator disebut titik akhir titrasi.
F.      Reaksi-reaksi dalam Larutan Asam dan Basa
1)      Reaksi Penetralan
Reaksi penetralan yaitu reaksi yang dihasilkan apabila terjadi reaksi antara asam dengan basa.
2)      Reaksi Pembentukan Gas
a.       Gas Hidrogen, terjadi jika asam direaksikan dengan sebagian logam.
b.      Gas Karbon Dioksida, antara lain dihasilkan dari reaksi antara garam-garam karbonat dengan asam.
3)      Reaksi Pengendapan
4)      Reaksi Oksida


Tidak ada komentar:

Posting Komentar